Kabar buruk untuk kita semua, terutama bagi aku pribadi.
Akhir-akhir ini kota aku sedang dilanda kekeringan, mungkin
di sebagian kota lainnya juga sama sedang dilanda kekeringan dan tidak diberi
hujan sama sekali. Sudah kurang lebih setengah tahun aku tidak melihat air yang
turun dari langit lagi, tidak hanya itu, aku juga tidak bisa melihat keindahan
pelangi sehabis hujan reda.
Menurut orang-orang zaman dahulu, katanya bulan yang
berakhiran dengan kata “ber” itu biasanya akan terjadi musim hujan, mungkin
zaman telah berubah bulan yang berakhiran “ber” itu kini tidak lagi dituruni
oleh hujan. Kenapa ini semua bisa terjadi? Lewat tulisan aku kali ini, aku
berkesempatan untuk mencurahkan sebagian hal yang ingin aku ungkapkan melalui
karya tulis ini, mari dibaca sampai habis.
Setelah diamati secara mendalam aku akan membahas faktor
terjadinya kekeringan dan tidak turun hujan ini, diantaranya adalah:
Banyaknya Pernikahan.
Akhir-akhir ini setiap minggu ada satu undangan, mungkin
jika undangan itu dijumlahan maka hasilnya kurang lebih bisa mencapai 15
undangan pernikahan dari berbagai kalangan, bayangkan betapa banyaknya orang
yang menikah pada bulan yang sama, saking banyaknya ada pernikahan yang
tanggalnya sama, entah ini kebetulan atau teori konspirasi yang penting aku
tidak mau pusing memikirkannya.
Kenapa aku memasukkan pernikahan ke faktor kekeringan?
Jawaban nya adalah, kamu tahu kan jika ada pesta pernikahan pasti semuanya
ingin bahagia, nah maka dari itu agar semuanya bahagia bisa menghadiri acara tersebut
maka ada sebagian masyarakat yang masih menggunakan aksi pawang hujan agar pada
hari tersebut tidak turun hujan. Maka dari itu semakin banyak orang yang
menikah, maka, semakin banyak juga pawang yang menghalangi datangnya hujan,
maka terjadilah kekeringan. Pernikahan juga mampu membuat dompet aku kekeringan
hehehe.
Populasi Jomblo Menurun.
Mungkin aku tidak salah memasukkan point yang satu ini ke
dalam faktor kekeringan, karena kita semua tahu siapa sih yang suka ngegalau
sendiri kalau orang yang disukainya pacaran sama orang lain, jawabannya adalah
para jomblo, dan siapa sih yang gak tahu bahwa yang suka mendoakan hujan pada
malan minggu adalah para jomblo, pasti semua sudah pada tahu kan itu semua
perbuatan jomblo-jomblo keren itu.
Sekarang para jomblo itu sudah bermetamorfosis menjadi
ganda, mereka sudah berkembang membelah diri hingga tidak hidup sendirian lagi,
mereka sudah menjadi kupu-kupu yang bebas setelah keluar dari kepompong yang
menjereatnya selama ini, kabar gembiranya mereka yang jomblo sudah mempunyai
pacar dan kini berstatus menjadi taken. Kabar buruknya adalah tidak ada lagi
yang mendoakan hujan melawan pawang hujan di acara pernikahan huft.
Banyak yang suka hujan, banyak juga yang suka panas, padahal
aku sudah bosan dengan hujan dan panas, aku ingin merasakan bagaimana rasanya
turun salju dan bungan sakura berjatuhan. Semua ini pasti ada hikmahnya, karena
pepatah ada udang di balik batu itu benar adanya, bahwa setiap masalah pasti
ada hikmah dibaliknya, mungkin jika hujan melulu akan terjadi banjir, dan
inilah yang terjadi jika panas melulu yaitu terjadi kekeringan, semua itu ada
dampak positif dan negatif bagi setiap orang, maka dari itu pergunakanlah
sumber daya alam dengan sebaik mungkin agar menghasilkan sumber daya manusia yang
baik juga.
Aku menulis ini di kamar yang sangat gelap gulita, hanya ada
cahaya layar laptop yang menerangi keyboard agar bisa dilihat untuk mengukir
tulisan ini, sekian penyampaian yang saya berikan di kesempatan kali ini,
terimakasih telah membaca sampai habis, semoga kamu bisa mendapatkan hikmah
setelah membaca tulisan ini, jika kamu mempunyai masalah yang sama atau ingin
sekedar berkomentar silahkan isi di kolom komentar di bawah ini.
1 komentar:
kekeringan (.")/ sangat kering di tempatku ini T_T
teori yang berkurangnya populasi jomblo itu.. ahahahahaha....
Posting Komentar