Jumat, 10 Oktober 2014

Kita Tak Lagi Sama

Hari ini tepat satu bulan kamu pergi tanpa adanya kabar sama sekali, mungkin kamu sudah melupakan apa yang telah kita jalani selama ini. Aku berfikir dua kali sebelum aku memutuskan untuk menulis tulisan ini khusus untukmu, karena aku selalu bertanya-tanya masih pantaskah aku mengakui kamu sebagai kekasihku yang mungkin jika aku tanya langsung, kamu tidak akan mau menjawabnya. Akhirnya aku memutuskan untuk mencurahkan semuanya di dalam tulisan yang pasti tidak akan kamu baca, memang percuma, tapi aku lebih suka menuliskannya daripada memendamnya di dalam kesendirian.

Aku yang selalu berharap masih menjadi bagian penting dalam hidupmu ini, hanya bisa meneteskan air mata sambil menuliskan kata-kata yang mungkin tidak berguna untuk membahagiakan kamu, sama seperti kalimat terakhir yang kamu katakan kepadaku, bahwa kamu tidak bahagia bersamaku.

Besoknya kamu pergi entah ke mana, entah apa yang salah dari diriku, padahal sebelumnya kamu selalu ceria bersamaku, kamu selalu mengatakan akulah yang terbaik, ah mungkin aku yang terlalu tinggi berharap bahwa semua kata-kata dan perilakumu itu spesial hanya untukku, ternyata senyum dan tawamu yang dulu itu palsu, kata-kata indah yang keluar dari bibir manismu itu ternyata racun, aku pikir kamu beda dari pria-pria yang lainnya, ternyata kamu memang sama saja seperti mereka, aku sedih kamu melakukan hal seperti ini.

Mungkin kamu sudah bosan denganku, sehingga kamu tega mengatakan bahwa kamu tidak bahagia bersamaku, lalu kamu pergi begitu saja mencari hubungan dengan wanita lain, mungkin aku wanita yang paling bodoh, yang berharap terlalu tinggi bahwa kamu pergi hanya untuk sementara, mungkin aku wanita yang terlalu mencintai kamu walaupun kamu belum kembali sampai saat ini, tepat satu bulan yang lalu.

Semoga kamu bisa membaca tulisanku ini, karena di atas telah aku curahkan semua kesedihan dan kekhawatiranku setelah kamu pergi meninggalkanku, kini aku tahu kamu pergi hanya untuk sebuah alasan. Kamu tidak ingin aku bersedih mengetahui penyakit kamu yang sampai merenggut nyawamu itu? Kamu sengaja membuat aku tersakiti, agar aku bisa merelakan kamu pergi dengan alasan kamu adalah seorang pria brengsek kan? Nyatanya kamu pergi untuk berobat ke luar negeri, lalu kamu pergi untuk selamanya. Sekarang aku sadar setelah aku mencari kabar dari keluargamu, aku yang masih meneteskan air mata sampai saat ini masih belum rela atas kejadian semua ini.

Aku masih menyayangimu, walaupun dunia kita tak lagi sama.

3 komentar:

Taufiq mengatakan...

Duh... kehilangan semacam itu, butuh penerimaan yang dalm

Puja Putri mengatakan...

Hai ijin blogwalking ya ;-)
Ada info lomba blog nih. Klik link ini ya. Makasih:)

Unknown mengatakan...

subhanalloh,,kamu yang tabah ya,kamu pasti bisamelewati ini semua :)

Posting Komentar